Yusuf patut dijadikan model dalam pengembangan sumber daya manusia masa kini. Menjadi model dalam arti dapat diteladani, ditiru. Yusuf adalah sosok yang beriman, berilmu dan berakhlak mulia. Kompetensinya dapat diandalkan dalam memberi kontribusi positif bagi kehidupan yang ada di sekitarnya. Kualitas unggul yang dimilikinya berbeda dengan saudara-saudaranya dalam berbagai aspek. Yusuf diakui bahwa ia dipenuhi Roh Tuhan, cerdas dan berperilaku seperti Yesus Kristus.
 
Menurut Alkitab, “Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.  Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya  diserahkannya pada kekuasaan Yusuf. Sejak ia memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, TUHAN memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf, sehingga berkat TUHAN ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang. Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apapun selain dari makanannya sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.” (Kejadian 39:2-6)
 
            Perlu dijelaskan bahwa konteks ayat-ayat tersebut adalah Yusuf seorang budak belian yang bekerja di rumah Potifar, tuannya. Ia dinyatakan berhasil dan menjadi kepercayaan bagi tuannya. Yusuf menampilkan performa kerja dengan kecerdasan yang utuh berimbang, berintegritas, bertaqwa dan sanggup mengalahkan godaan. Ketika Yusuf difitnah dan dipenjarakan, Yusuf pun mampu mempertahankan kualitas personal dan kinerjanya mendapat pujian dari kepala penjara. Iman dan karakternya tidak luntur meski dia mengalami penderitaan sejak ia dijual oleh saudara-saudaranya, dipekerjakan sebagai budak hingga ia dijebloskan ke dalam tahanan. Alkitab mencatat bahwa di penjara, Yusuf menolong mengartikan mimpi rekannya. Bahkan pada saat Yusuf dipromosikan oleh Firaun menjadi pejabat di Mesir mutu karakternya tidak merosot. 
 
Alkitab mempertegas, “Sementara itu Yusuf telah menjadi mangkubumi di negeri itu; dialah yang menjual gandum kepada seluruh rakyat negeri itu. Jadi ketika saudara-saudara Yusuf datang, kepadanyalah mereka menghadap dan sujud dengan mukanya sampai ke tanah.” (Kejadian 42:6) “Ketika Yusuf telah pulang, mereka membawa persembahan yang ada pada mereka itu kepada Yusuf di dalam rumah, lalu sujud kepadanya sampai ke tanah.”(Kejadian 43:26) “Ketika Yehuda dan saudara-saudaranya sampai ke dalam rumah Yusuf, Yusuf masih ada di situ, sujudlah mereka sampai ke tanah di depannya.”(Kejadian 44:14).
 
Bagian ini memberi konfirmasi bahwa mimpi Yusuf telah menjadi kenyataan. Meski pun mimpi tersebut pada awalnya tidak mendapat dukungan dari pihak keluarganya, namun kini Yusuf tidak berubah. Kepada saudara-saudaranya, Yusuf berkata: “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.  Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong.  Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.”(Kejadian 45:5-8)
 
Yusuf menambahkan pula, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”(Kejadian 50:20) Keluhuran karakter Yusuf tidak luntur oleh situasi di luar dirinya – meski ia dijual oleh saudara-saudara, dijadikan budak, difitnah lalu dipenjara – hingga ia menjadi orang yang terhormat dan berkuasa – karakter Yusuf konsisten, berakhlak mulia, berilmu, beriman tangguh dan terus memberi kontribusi positif bagi kemanusiaan.(*)\citep*{marbun2017}